Jepang adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur, populer dengan Industri teknologi otomotif dan elektroniknya. Kualitas produksi sudah tidak bisa diragukan lagi, membuat hangat para kompetitor di Pasar Internasional. Tetapi, kita salah besar kalau menilai ekonomi Macan Asia ini hanya bergantung di dalam industri tersebut.
Bila melihat lebih dekat, ada yang menarik dari sektor industri lain. Khususnya Pertanian. Walaupun kondisi geografis yang bisa dimanfaafkan untuk lahan pertanian terbatas, realitanya mereka sanggup beradaptasi dan mendapatkan hasil yang maksimal. Bahkan dijadikan barometer negara lain agar bisa mengembangkan pada metode tanam, kualitas, dan kuantitas.
Apa faktor yang membuat produsen memilih cara ekspor ke Jepang, dengan tujuan menguji hasil pertanianya? Karena, pemerintah di sana menetapkan regulasi ketat agar komoditi yang datang tidak membawa penyakit kepada para konsumen dan hama mempengaruhi kondisi pertanian. Pengkoreksian yang diberikan dianggap motivasi oleh para eksportir supaya produknya bisa ikut bersaing dengan negara lain.
Mengutip dari Free Trade Agreements (FTA Centre), beberapa tahun terakhir Jepang mengalamai penurunan produksi dan membutuhkan importasi produk pertanian. Hal ini sebagai peluang, karena Jepang menduduki Negara Tujuan Ekspor (NTE) oleh pelaku ekspor dari Indonesia. Komoditi yang sudah masuk ke sana di dominasi produk perkebunan dan holtikultura.
Kabar bahagia untuk para pebisnis. pada bulan juli nanti ada program Misi Dagang ke Jepang yang diselengarakan oleh Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI), Export Academy, Halal Industry Academy, dan Nudira Learning Centre. Tujuannya bisa bertemu langsung buyer dari Jepang serta bekerja sama dengan supermarket Indonesia Sariraya yang sudah ada di sana.
Oleh: MDR