Sebagian orang mungkin pernah mendengar pribahasa “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China” hal tersebut menggambarkan bagaimana peradaban bangsa China memiliki track record yang panjang dalam memajukan negaranya dari sektor ilmu pengetahuan dan ekonomi. Tetapi, dengan citra negara Komunis yang tertutup bisa menghambat suatu terealisasinya cita-cita, sehingga pada tahun 1978 pemerintah saat itu Deng Xioping memberikan pendapat bahwa “it doesn’t matter whether the cat is black or white, as long as it cathes mice” bermakna tidak peduli dengan suatu paham yang penting menjadi negara maju.
Di tengah kultur budaya yang beragam, masyarakat China mendapatkan Stereotipe yang setiap orang bisa saja mengamini. Contohnya; totalitas, rasa kompetitif yang tinggi, nilai etos kerja yang selalu melibatkan adat-istiadat, pantang berpangku tanggan, serta menjadi saudagar. Hanya membutuhkan kurun waktu 40 tahun mereka bisa bersaing dengan negara adidaya seperti Amerika Serikat, faktor merosotnya ekonomi negara-negara lain salah satu momentum yang dimanfaatkan oleh China.
Setelah masuknya ke World Trade Organization (WTO) mereka mengambil posisi sebagai sentral perdagangan dibidang manufaktur bahkan menggencarkan investasi di negara berkembang, hal tersebut berjalan karena populasinya mencapai 1.4 Miliar yang dikategorisasi tingakatan Sumber Daya Manusia (SDM) memenuhi kebutuhan tenaga pekerja di sana. Mengutip statista.com, nilai Ekspor China pada 2020 mencapai US$2.591,12 Miliar. Tujuan ekspor negara utama negara ini ke Amerika Serikat (US$425,58 Miliar), Hong Kong (US$272, 62 Miliar), Jepang (US$142,64 Miliar), Vietnam (US$113,81 Miliar), dan Korea Selatan (US$112,5 Miliar).
China sebagai pemasok produk impor Indonesia dengan jumlah sangat besar, karena memiliki harga yang terjaungkau dan kualitas bersaing dengan produk dari negara lain. Menguntungkan bagi para pengusaha untuk menjualnya kembali kepada masyarakat. Produknya antara lain; barang elektronik, fashion, peralatan medis, peralaran rumah tangga, kecantikan, bahkan mainan anak-anak. Investasi tidak kalah gencarnya, bagaimana menanamkan modal pada pembangunan transportasi. Nah, sebab itu kita harus Berkaca kepada Negeri Tirai Bambu ini, dengan mengendalikan ekonomi melalui ekspor produk ke pasar internasional, sehingga devisa yang dihasilkan bisa membantu negara menjadi lebih baik.