Genteng muncul pada 10.000 SM, berawal dari daerah Timur Tengah mengajalar ke Asia hingga Eropa. Masuk ke Indonesia pada zaman Kolonial Belanda, sebelumnya hanya digunakan untuk infrastruktur pabrik gula. Pada saat itu Pribumi masih menggunakan Rumbia sebagai atap rumah, semenjak terjadinya serangan wabah Pes dari Tikus—pemerintah menyarankan genteng sebagai penggantinya.
Bermunculan produksi pengrajin dari daerah Kebumen dan Jatiwangi. Sekitar tahun 1920-an Genteng Sokka lah yang pertama kali dipasarkan oleh H. Ahmad, yang mendominasi penjualan di Kota Solo. Setelah zaman modern hari ini sudah banyak pengganti atap rumah seperti: dari Seng, Asbes, Perisai, dan lain-lain.
Ternyata genteng Indonesia juga sudah masuk ke ranah ekspor, contohnya PT Genteng Teracotta yang berada di Majalengka ini, setiap bulan dapat memproduksi hingga 550.000 lembar genteng kramik. Penjualanya sampai ke negara Malaysia dan Singapura, apalagi adanya Marketplace pendukung untuk ekspor—para pengusaha bisa lebih di mudahkan dalam memasarkan ke pasar yang lebih luas.
Tetapi, masih ada kendala dalam industri ini. Selain munculnya produk baru sebagai pengganti genteng, kelangkaan bahan baku dan Kurangnya tenaga kerja yang produktif di setiap daerah menambah kendala para pengusaha genteng. Sedangkan pemerintah dari PT Perusahaan Gas Bumi yang berada di Cirebon berupaya dalam mamasokan ke setiap pabrik, dapat mengalir dalam waktu 24 jam—sebagai bahan bakar tungku.
Seharusnya kita bisa lebih memasarkan produk genteng ke mancanegara, untuk mendatangkan devisa dari luar negeri ke dalam negeri.
Oleh: MDR
Kamis, 15 Septermber 2022, 09:52